Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kenapa di tahun 2021 perlu ada dokumentasi?

 


Sebelum masuk ke alasan kenapa perlu dokumentasi meski pada tahun 2021? Nah  yok kita baca baik-baik cerita fiktif ini. Cerita ini fiktif sehingga mohon maaf apabila ada kesamaan waktu dan tempat dan baiknya untuk tidak Baper (Bawa Perasaan)

Cerita fiktif:

Pada suatu hari keluarga cendana pergi ke pasar seperti biasa, kemudian di tengok lah sebuah brosur rumah cantik di sebuah pedesaan. Kemudian datang ke developer rumah dan menanyakan apa yang didapat dari developer. 

Hari demi hari dipantau hingga akhirnya rumah keluarga cendana cantik. Beberapa hari dihias tanaman, bunga, dan pohon agar tidak gersang. Suatu hari "teman" keluarga cendana datang menanyakan rumah mana yang cocok untuknya. Dengan sepenuh hati keluarga cendana menyembunyikan lokasi rumah mungilnya namun karena didesak terus menerus dan dikatakan "masa dengan saudara begitu? Tidak mau kah saudaraan?" Ya akhirnya kelurga cendana pun mengalah. Singkat cerita semua baik-baik saja hingga pada endingnya saat berangkat ke tempat kolega menikah, keluarga cendana sempat berhenti untuk beli rambutan 2 ikat untuk dia dan keluarga cendana, namun nampaknya "teman" ni tidak memahaminya sehingga digas sedemikian hingga laju kendaraannya. 

Hari ke hari berlalu, tepat pada pembuatan dapur, ijin lah keluarga cendana ke "teman yang dianggap saudara" tu dan disampaikan oke boleh. 

Bulan ke bulan berjalan, "teman" memantau kondisi rumah. Keretakan hubungan ini berinisiatif lah untuk dapat menghubungkan kerenggangannya. Alhamdulillah MasyaAllah ternyata bertepuk sebelah tangan. Ya udah deh mungkin dia buru-buru (positive thinking keluarga cendana). Pada suatu hari datanglah "wakil suci teman" tu untuk mengingatkan perihal hak bertetangga. MasyaAllah semua dalil keluar dari mulutnya. Niat awal kelurga cendana baik, membuat pagar "gratis" bersama pada batas yang pas malah diambil 5 cm di halaman rumah keluarga cendana. Namun "wakil suci teman" ni menyampaikan salah tanpa komunikasi dan menyampaikan bahwasanya "melebihkan" batas itu akan diminta pertanggungjawabannya. Namun sayangnya ketika keluarga cendana menyampaikan MasyaAllah, dikatakan "wakil suci teman" tu jangan MasyaAllah MasyaAllah tu bakal dipertanggungjawabkan. Padahal menyampaikan kata tersebut karena baru kali ini keluarga cendana saat diskusi dengan orang yang menyampaikan secara agama. Jadi hal ini menjadi kesimpulan bahwasanya "wakil suci teman" tu menyimpulkan bahwasanya keluarga cendana "mencuri". tapi hal ini ditahan ditahan untuk tidak menyampaikan ke khalayak umum meski pas diskusi "keras" tetangga pun semua mendengar. karena ingin tabayun apa yang "wakil suci teman" maksud. Kemudian disampaikan pembuatan batas belakang tu tidak ada konfirmasi, apa-apa tu harus melibatkan orang tua... MasyaAllah terima kasih ya Allah, bismillah rahmat keluarga cendana berdoa naik kelas. 

Kelurga cendana terkejut dan amat sangat kecewa dengan "teman". Pas awal dia bilang saudara, sekarang harus menggunakan "wakil suci teman" untuk menyelesaikan masalah. 

Nah dari cerita di atas, harus ada dokumentasi setiap pembangunan dan kegiatan agar saat bermasalah dengan orang lain selesai secara baik. Jangan pernah takut menyampaikan kebenaran dan nasehat kepada siapapun termasuk kepada ulama besar seperti materi khotbah tarawih di masjid raya Aceh;

Pada suatu hari ada ulama besar berjalan pada suatu daerah kemudian beliau bertemu dengan anak yang berjalan sangat cepat di tempat yang licin dengan sandal kayu nya. Beliau kemudian menasehati jangan jalan cepat2 nanti terjatuh. Anak pun berhenti dan menoleh sambil mengucapkan terima kasih. Saat itu anak bertanya siapa kah beliau? Ternyata beliau adalah seorang ulama besar. Si anak takjub dan akhirnya dia langsung menawarkan diri untuk mengantar ulama tersebut ke tempat tujuan. Di tengah perjalanan, si Anak berkata; "tuan, boleh saya menasehati tuan?". Dengan kebesaran hati ulama itu menjawab:"silahkan". Si anak kemudian berkata:"kalau tuan tadi tidak menasehati saya jalan pelan2 mungkin saya akan terpeleset, terjatuh&paling tidak kaki saya terkilir, namun tuan, apabila tuan suatu hari terpeleset akan keilmuan tuan pada kesombongan dan merasa diri tuan yang paling suci dan orang lain dianggap tidak bisa ke surga, maka tuan akan jatuh ke dalam neraka yang lebih dalam"